Wednesday, January 4, 2017

Lampung Trip Part 1 : Pantai Sari Ringgung & Pasir Timbul

December is the best month of the year. Beside Santa Clause is coming to town, you can also smell the holiday cheer in the air. Sebenarnya liburan setelah semester genap (sekitar bulan Juni) memang lebih lama, bisa hampir 3 bulan, namun dipertengahan liburan tersebut ada jadwal Semester Pendek, sehingga rasanya nanggung kalau mau travelling. Alhasil kami memutuskan untuk travelling pada liburan semester ganjil.
Kami sudah merencanakan travelling perdana kami sejak bulan Juli. Mulai dari mencari destinasi yang dekat dengan Palembang, hingga berburu tiket transportasi yang hendak digunakan. Seharusnya rencana kami sudah benar-benar matang kan? Namun, kami baru benar-benar membicarakan hal ini seminggu sebelum keberangkatan (3rd semester got me so insane tho). Akhirnya kami memutuskan untuk travelling ke BANDAR LAMPUNG!
Perjalanan ke Bandar Lampung kami lakukan dengan menggunakan kereta api karena harganya yang cukup murah, maklum statusnya masih mahasiswa. Hanya dengan Rp 32,000 (ditambah Rp 7,500 jika melakukan transaksi di Indomaret) kamu sudah bisa melakukan perjalanan dari Stasiun Kertapati Palembang hingga ke Stasiun Tanjung Karang Bandar Lampung. Perjalanan dimulai pukul 8.30 WIB dan memakan waktu hingga 12 jam.
Berpergian menggunakan kereta api memang ada enak dan tidaknya. Enaknya ya harganya cukup terjangkau dan tidak ada macet ataupun delay. Selain itu kereta api juga sudah ber-AC dan ada colokan buat nge-charge handphone (ini yang paling penting sih hahaha). Tidak enaknya ya jelas waktu tempuh yang cukup lama dan juga suasana yang sedikit kurang nyaman. Kursi kereta api yang sedikit kurang empuk dan sempit membuat aku pribadi kurang menikmati perjalanan. Untuk mengakalinya kamu bisa menyewa bantal yang disediakan oleh pihak kereta api dengan biaya Rp 10,000. Jika kamu berpergian disaat libur sekolah, kamu harus siap-siap dengan suasana dimana ada suara anak-anak yang menangis atau berteriak ya. But it’s okay as long as you have earphone. Sepanjang perjalanan aku menonton drama korea atau membaca novel sambil mendengarkan lagu. Selain itu juga sepertinya setiap 15 menit sekali, petugas kereta api menjajakan makanan dan minuman. Mereka menjual nasi goreng dan nasi ayam dengan harga Rp 18,000, Pop Mie dengan harga Rp 7,000, dan minuman seperti teh melati dan kopi dengan harga Rp 10,000. Akhirnya kami sampai di stasiun Tanjung Karang sekitar pukul 20.00 WIB dan dijemput oleh Mas Iqbal, orang dari hostel tempat kami menginap. Kami langsung menuju Flip Flop Hostel dan beristirahat (review mengenai Flip Flop Hostel bisa dibaca disini).

Terlihat bukit-bukit dari atas Fly Over yang berada di tengah kota

Hari kedua di Bandar Lampung kami mulai dengan sarapan di Mie Ayam Atet yang terletak tidak jauh dari tempat kami menginap. Seporsi mie ayam dibandrol dengan harga Rp 14,000. Sekitar jam 9.00 WIB kami dijemput oleh mas Iqbal dan menuju destinasi pertama kami, yaitu Pantai Sari Ringgung yang terletak di Kabupaten Pesawaran. Waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 1 jam dari tempat kami menginap dengan jarak 24 km. Sesampainya di gerbang masuk Pantai Sari Ringgung, kami membayar tiket masuk sebesar Rp 10,000 / orang dan biaya parkir mobil sebesar Rp 10,000.



Ternyata dari Pantai Sari Ringgung kita bisa menyebrang ke Pasir Timbul dengan menyewa kapal sebesar Rp 135,000 dan membayar biaya kebersihan sebesar Rp 10,000. Kami memustuskan untuk menyebrang karena melihat Pantai Sari Ringgung yang kurang menarik. Waktu tempuh menuju Pasir Timbul hanya sekitar 10 menit. Sesampainya di Pasir Timbul, kami terkejut bukan main. Ternyata Pasir Timbul hanyalah “pasir yang timbul” hahaha. Pasir Timbul sebenarnya sebuah gundukan pasir yang muncul di tengah laut saat air surut sehingga waktu yang pas untuk datang kesini adalah saat pagi hari ketika air masih surut. Karena kami berencana ke pantai hanya untuk bermain di pinggiran pantai dan tidak berpikiran untuk menyelam ke laut (our parents forbade us to dive due to the bad weather), kami menggunakan outfit yang tidak pas untuk menyelam dan tidak membawa baju ganti. Tapi sangat disayangkan kalau sudah menyebrang namun hanya melihat Pasir Timbul dari dermaga, sehingga kami memutuskan untuk turun ke laut! Alamat salah kostum hahaha! Kami langsung meletakan barang bawaan kami di pondok-pondok yang ada disana. Untungnya ada mas Iqbal yang bisa menjaga bawaan kami hehe.










Tidak ada sedikit pun penyesalan yang aku rasakan ketika ‘nyebur’ ke laut dan berjalan ke arah Pasir Timbul. Pasirnya masih sangat putih dan air lautnya benar-benar jernih, sehingga ikan-ikan dan terumbu karang masih bisa terlihat. Disini rasanya puas banget kalo selfie sampai 360°, karena dimanapun kamu selfie viewnya bagus semua! Selain selfie, kamu juga bisa selonjoran sambil main-main pasir atau lari-larian sama teman juga seru! Sayangnya, aroma laut disini kurang tercium L.







Sesudah puas main air dan pasir, kami kembali ke dermaga dan sesampainya di pondok seorang petugas menghampiri kami dan meminta  biaya sewa pondok sebesar Rp 100,000. Sedikit merasa dijebak sih, karena tidak ada tanda atau spanduk pemberitahuan bahwa pondok tersebut tidaklah gratis. Namun apa boleh dibuat, kami sudah terlanjur menggunakan pondok tersebut. Kami menyantap nasi padang yang kami bawa sambil mengeringkan pakaian kami.


Sesampainya di Pantai Sari Ringgung, kami tidak langsung pulang. Kami menaiki bukit kecil untuk melihat pemandangan Pantai Sari Ringgung dari atas. Pantai Sari Ringgung is way much prettier from up there. You can see the hills, beach, and the islands across. Sayangnya, masih banyak ditemui sampah didekat semak-semak. Please, put the trash where it belongs L






Sesudah puas melihat-lihat, kami memutuskan untuk turun dan kembali ke hostel. That’s all for Day 1 and Day 2. Untuk Day 3 bisa dibaca di post selanjutnya ya.

Xx,
Meitha. 

No comments:

Post a Comment