Monday, December 14, 2015

Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN)

“Tamat SMA mau lanjut kemana?”

Itulah pertanyaan yang sering aku terima tahun lalu, saat aku menduduki tahun terakhirku di SMA. Banyak dari teman-temanku yang memasang target untuk menembus Universitas-universitas bergengsi dan terkemuka seperti UI, ITB, UGM, ITS, dan lain sebagainya. Karena besarnya persaingan, banyak juga yang melirik ke Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) seperti STAN, STIS, IPDN, dan Akpol. Sesungguhnya banyak benefit yang didapatkan jika menjadi mahasiswa PTK, seperti terbebas dari biaya kuliah, mendapat uang saku, dan setelah lulus terjamin pekerjaannya karena adanya ikatan dinas. Aku salah satu siswa yang tergiur untuk melirik PTK.

Saat mendaftar ke perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN, aku sudah pesimis untuk menembus Universitas yang aku pilih yaitu UI karena aku berasal dari sekolah swasta yang mayoritas mendapat kuota yang kecil untuk diterima di Univesitas negri. Papaku merekomendasikan sebuah PTK yaitu STSN karena ada salah satu temannya yang merupakan jebolan dari PTK tersebut. Disela waktu belajarku untuk mempersiapkan UAS dan UN, aku menyempatkan untuk mencari informasi seputar STSN. Ternyata STSN merupakan singkatan dari Sekolah Tinggi Sandi Negara yang berlokasi di Bogor.


Setelah aku melihat persyaratan umum pendaftaran di web SPMB STSN, aku bergegas melakukan pendaftaran online. Berikut persyaratan umum untuk mendaftar:
1. Warga Negara Indonesia.
2. Lulusan SMA jurusan IPA atau Madrasah Aliyah jurusan IPA.
3. Nilai Matematika dan Bahasa Inggris (teori) masing-masing minimal 8 pada semester IV dan V.
4. Usia 17-21 tahun.
5. Sehat jasmani dan rohani.
6. Belum menikah dan bersedia tidak menikah selama mengikuti pendidikan di STSN.

Setelah melakukan pendaftaran online, aku diminta untuk mengirim berkas umum seperti print out pendaftaran online, surat lamaran yang ditulis tangan, foto copy rapor yang dilegalisir, surat pernyataan sanggup tidak menikah selama pendidikan, foto copy kartu identitas diri, foto copy KK, dan pas foto. Selain itu ada juga berkas yang cukup membuat kesusahan seperti SKCK dari kepolisian, Surat Keterangan Sehat, tidak cacat fisik dan mental, tidak buta warna, tidak bertato, bebas HIV/AIDS dan bebas narkoba dibuktikan dari Dokter RS Pemerintah, Surat Keterangan Belum Pernah Menikah dari Kepala Desa/Kelurahan setempat. Untuk membuat surat tersebut aku terpaksa untuk membolos bimbel persiapan UN beberapa hari. Saran untuk teman-teman yang ingin mendaftar, uruslah segala berkas pada awal Maret agar tidak kerepotan seperti aku yang mendaftar saat sudah mepet karena biasanya pendaftaran online dibuka akhir Maret.

Tahap penerimaan yang pertama adalah seleksi administrasi yaitu seleksi pendaftaran online dan berkas-berkas yang sudah dikirimkan ke STSN. Puji Tuhan pada tahap ini saya lolos dan lanjut ke tahap kedua yaitu Tes Akademik. Sebelum Tes Akademik, peserta atau wali harus daftar ulang ke STSN. Saat itu aku berhalangan untuk daftar ulang langsung dikarenakan masih ada urusan di sekolah sehingga diwalikan oleh tanteku. 


Tes Akademik diadakan di Aula IPB dan materi yang diujikan adalah Matematika dan Bahasa Inggris. Perlu diketahui, tes ini hanya dilaksanakan di Bogor dan tidak seperti Tes PTK lainnya yang ada di daerah-daerah sehingga saat itu semua pendaftar STSN dari Sabang sampai Merauke berkumpul di Bogor. Sedikit berbagi cerita, ada pendaftar dari daerah yang sudah menginap di Bogor sejak mengetahui dirinya lulus tahap pertama. Saran untuk pendaftar yang lolos ke tahap tes akademik, jika tes masih dilaksanakan di IPB sebaiknya teman-teman sudah membooking penginapan saat melakukan daftar ulang karena kemarin saat aku sampai di daerah IPB ternyata hanya ada 1 penginapan terdekat dan nyaris full booked. Mengenai soal-soal yang diujikan, cukup belajar kembali materi-materi saat SMA dan jangan lupa berdoa ya!

Bagi teman-teman yang juga ingin mencoba tes PTK lainnya seperti STIS, kebetulan pada tahun lalu STIS melaksanakan tes sesudah tes akademik STSN berlangsung, saranku pilihlah lokasi tes STIS di Jakarta agar mengurangi biaya transportasi bagi teman-teman yang berasal dari luar daerah. Berdasarkan pengalamanku yang tergesah-gesah mengisi formulir STIS, aku memilih lokasi tes di Palembang, sehingga setelah melakukan tes STSN aku langsung pulang ke Palembang. What a waste, right? Hal tersebut aku lakukan karena pada awalnya aku pesimis akan maju ke seleksi tes STSN tahap selanjutnya. Pesanku percaya diri saja dengan usaha kamu dan tetap jangan lupa berdoa dan bersedekah!

Puji Tuhan aku masih lulus  seleksi tahap kedua dan lanjut ke tahap ketiga yaitu Tes Kompetensi Dasar yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Negara (seperti tes CPNS). Namun tes tersebut tidak jadi dilaksankan sehingga aku melanjutkan ke seleksi tahap keempat yaitu Tes Psikologi. Kali ini tes dilaksankan di Kampus STSN yang berlokasi di Sawangan. Sehari sebelum tes dilaksankan, aku berangkat dari Depok menuju Sawangan  menggunakan motor karena kondisi jalan saat itu macet sekali. Kesan pertama saat aku sampai di Sawangan adalah pelosok banget. Wajar kampus STSN dilokasikan di daerah yang cukup terpencil seperti ini (in my honest opinion) karena mahasiswa STSN harus ‘disterilkan’ dari dunia luar. 


Sama sekali tidak ada hotel maupun penginapan di daerah kampus STSN, sehingga peserta harus menginap di rumah-rumah warga. Untungnya masih ada rumah warga yang tersisa saat aku sampai disana. Harga menginap yang dipatok warga per harinya adalah Rp 50.000. Pemilik rumah yang aku tempati ini adalah seorang nenek yang sangatlah baik walaupun sudah cukup tua. Beliau menyediakan pisang goreng dan teh manis saat sore hari. Bertambah lagi pelajaran yang aku dapatkan saat menginap disini. Kehidupan warga di kampung sangatlah indah. Ibu-ibu berkumpul di teras rumah tempatku menginap sambil menikmati bertukaran makanan yang mereka bawa. Untuk Tes Psikologi ini aku mengrekomendasikan teman-teman untuk berlatih dari buku Bank Soal Psikotes karena banyak soal yang muncul saat tes tersebut. 


Selain berlatih konsentrasi dan daya berlogika kalian, jangan lupa istirahat dan tidur yang cukup  sebelum tes berlangsung. Saat tes berlangsung, aku cukup kerepotan dalam mengerjakan soal-soal yang bisa dibilang cukup menguras energi. Teman-teman harus mengerjakan soal-soal psikotes dalam 4 hingga 5 jam non-stop tanpa ada break time. Kuncinya adalah konsentrasi. Disini juga teman-teman akan diberikan soal mengenai alasan kamu mau masuk STSN, deskripsikan kepribadian kamu (kekurangan dan kelebihan kamu, dan soal-soal yang menurutku akan menguji kesetiaanmu kepada STSN.  Jangan lupa untuk menjawab soal tersebut dengan jujur dan apa adanya ya!

Sayang sekali perjuanganku di STSN hanya berhenti sampai Tes Psikologi. Masih ada 3 tahap seleksi lagi yaitu Tes Kesehatan dan Kebugaran (tes di rumah sakit dan tes olahraga seperti lari, push up, sit up), Tes Wawancara, dan Pantukhir. Cukup sedih harus berhenti disini karena aku sudah cukup mempersiapkan diri untuk Tes Kesehatan dan Kebugaran dengan push up dan sit up setiap pagi dan jogging setiap sore. Sejak kecil aku ingin menjadi detektif atau agen FBI karena sering menonton Detective Conan, Sherlock Holmes, dan NCIS sehingga aku ingin sekali masuk STSN. Namun inilah rancangan Tuhan. Tuhan tidak tega melihat mamaku akan kehilangan putrinya. Loh kok gitu? Menurut cerita yang mamaku dapatkan saat berkumpul dengan orangtua peserta lainnya, lulusan STSN yang akan didinaskan harus bersedia namanya dihapus dari KK, seperti menghilangkan identitas asli kita dan mendapatkan identitas baru layaknya seorang detektif hahaha. Sungguh mengerikan memang, namun jika sudah menjadi passion semua pasti bisa dihadapi, kan? Additional, selama mengikuti pendidikan, teman-teman akan benar-benar diasingkan dari dunia luar. Tahun pertama teman-teman diharuskan untuk tinggal di asrama STSN dan tidak bisa berkomunikasi dengan orang luar (even your parents!). Orangtua juga tidak bisa sembarangan untuk masuk ke lokasi kampus dan menjenguk anaknya.

Cukup sekian pengalaman-pengalaman yang bisa aku bagikan. Bagi teman-teman yang berminat untuk mencoba mendaftar di STSN, go ahead.  Tapi sebelumnya, pikirkan dulu matang-matang sebelum mengambil keputusan ya. Soalnya menurutku lulusan STSN ini prospek kedepannya sangatlah bagus, but you have to risk your life. It’s all your choice!

To risk life to save a smile on a face of a woman or a child is the secret of chivalary. But a man may also be a patriot without risking his own life or sacrificing his health. Let your life hangs in the balance.

12 comments:

  1. goodluck untuk pendidikannya ya semoga dapat universitas yang diinginkan.
    oya ayo ikut giveaway untuk dapat baju baru buat new year,caranya gampang bgt

    vnssachn.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. Good luck! semoga bisa masuk ke universitas nyaa!

    www.theclosetelf.com

    ReplyDelete
  3. cewek - cewek yang suka ngasi kode mending cari cowok anak STSN deh. Pasti peka! : )))

    ReplyDelete
  4. Klo bisa nanyak . Biasanya lokasi ujian ny misal seperti aku dari medan lokasi ujian nya ada dimedan? Ato mesti lgsng ke tmpatnya ? Trimakasih :) klo bsa bagi pin y kk biar bsa sharing :D
    My pin : 5B735CBB Thankyou :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo tahun lalu lokasi ujiannya cuma di 1 tempat untuk seluruh Indonesia, yaitu di daerah Bogor. Kalo mau sharing bisa email aku yaa meithaayusiregar(at)gmail(dot)com :)

      Delete
  5. Apakah salah dalam pengisian data(asal sekolah) langsung dinyatakan gugur?

    ReplyDelete
  6. Koreksi mbak, STSN bukan di sawangan, tapi di ciseeng. Dan untuk perihal menghilang kan identitas itu bukan stsn mbak, tapi STIN (sekolah tinggi intelejen negara). Tetangga dan teman saya yang masuk STSN aja biasa biasa saja. Semester 1 aja boleh bawa android kok, malah bisa update sosial media he he.

    ReplyDelete
    Replies
    1. semester selanjutnya boleh bwa android ga?

      Delete
  7. Eh bisa ga sih daftar di stsn tpi nilai rapotnya kurang dikit dari 80?:(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari beberapa sumber yang saya baca, sepertinya tidak bisa kak kalau nilainya dibawah 80

      Delete