“Tamat SMA mau lanjut
kemana?”
Itulah pertanyaan yang sering aku terima tahun lalu, saat
aku menduduki tahun terakhirku di SMA. Banyak dari teman-temanku yang memasang
target untuk menembus Universitas-universitas bergengsi dan terkemuka seperti
UI, ITB, UGM, ITS, dan lain sebagainya. Karena besarnya persaingan, banyak juga
yang melirik ke Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) seperti STAN, STIS, IPDN, dan Akpol.
Sesungguhnya banyak benefit yang didapatkan jika menjadi mahasiswa PTK, seperti
terbebas dari biaya kuliah, mendapat uang saku, dan setelah lulus terjamin
pekerjaannya karena adanya ikatan dinas. Aku salah satu siswa yang tergiur
untuk melirik PTK.
Saat mendaftar ke perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN, aku
sudah pesimis untuk menembus Universitas yang aku pilih yaitu UI karena aku
berasal dari sekolah swasta yang mayoritas mendapat kuota yang kecil untuk
diterima di Univesitas negri. Papaku merekomendasikan sebuah PTK yaitu STSN
karena ada salah satu temannya yang merupakan jebolan dari PTK tersebut. Disela
waktu belajarku untuk mempersiapkan UAS dan UN, aku menyempatkan untuk mencari
informasi seputar STSN. Ternyata STSN merupakan singkatan dari Sekolah Tinggi
Sandi Negara yang berlokasi di Bogor.
Setelah aku melihat persyaratan umum pendaftaran
di web SPMB STSN, aku bergegas melakukan pendaftaran online. Berikut persyaratan
umum untuk mendaftar:
1. Warga Negara Indonesia.
2. Lulusan SMA jurusan IPA atau Madrasah Aliyah jurusan IPA.
3. Nilai Matematika dan Bahasa Inggris (teori) masing-masing
minimal 8 pada semester IV dan V.
4. Usia 17-21 tahun.
5. Sehat jasmani dan rohani.
6. Belum menikah dan bersedia tidak menikah selama mengikuti
pendidikan di STSN.
Setelah melakukan pendaftaran online, aku diminta untuk
mengirim berkas umum seperti print out pendaftaran online, surat lamaran yang
ditulis tangan, foto copy rapor yang dilegalisir, surat pernyataan sanggup
tidak menikah selama pendidikan, foto copy kartu identitas diri, foto copy KK,
dan pas foto. Selain itu ada juga berkas yang cukup membuat kesusahan seperti
SKCK dari kepolisian, Surat Keterangan Sehat, tidak cacat fisik dan mental,
tidak buta warna, tidak bertato, bebas HIV/AIDS dan bebas narkoba dibuktikan
dari Dokter RS Pemerintah, Surat Keterangan Belum Pernah Menikah dari Kepala
Desa/Kelurahan setempat. Untuk membuat surat tersebut aku terpaksa untuk membolos
bimbel persiapan UN beberapa hari. Saran untuk teman-teman yang ingin
mendaftar, uruslah segala berkas pada awal Maret agar tidak kerepotan seperti
aku yang mendaftar saat sudah mepet karena biasanya pendaftaran online dibuka
akhir Maret.
Tahap penerimaan yang pertama adalah seleksi administrasi
yaitu seleksi pendaftaran online dan berkas-berkas yang sudah dikirimkan ke
STSN. Puji Tuhan pada tahap ini saya lolos dan lanjut ke tahap kedua yaitu Tes
Akademik. Sebelum Tes Akademik, peserta atau wali harus daftar ulang ke STSN. Saat
itu aku berhalangan untuk daftar ulang langsung dikarenakan masih ada urusan di
sekolah sehingga diwalikan oleh tanteku.
Tes Akademik diadakan di Aula IPB dan
materi yang diujikan adalah Matematika dan Bahasa Inggris. Perlu diketahui, tes
ini hanya dilaksanakan di Bogor dan tidak seperti Tes PTK lainnya yang ada di
daerah-daerah sehingga saat itu semua pendaftar STSN dari Sabang sampai Merauke
berkumpul di Bogor. Sedikit berbagi cerita, ada pendaftar dari daerah yang
sudah menginap di Bogor sejak mengetahui dirinya lulus tahap pertama. Saran untuk pendaftar yang lolos ke tahap tes akademik, jika tes masih dilaksanakan
di IPB sebaiknya teman-teman sudah membooking penginapan saat melakukan daftar
ulang karena kemarin saat aku sampai di daerah IPB ternyata hanya ada 1
penginapan terdekat dan nyaris full booked. Mengenai soal-soal yang diujikan,
cukup belajar kembali materi-materi saat SMA dan jangan lupa berdoa ya!
Bagi teman-teman yang juga ingin mencoba tes PTK lainnya seperti STIS, kebetulan pada tahun lalu STIS melaksanakan tes sesudah tes akademik STSN berlangsung, saranku pilihlah lokasi tes STIS di Jakarta agar mengurangi biaya transportasi bagi teman-teman yang berasal dari luar daerah. Berdasarkan pengalamanku yang tergesah-gesah mengisi formulir STIS, aku memilih lokasi tes di Palembang, sehingga setelah melakukan tes STSN aku langsung pulang ke Palembang. What a waste, right? Hal tersebut aku lakukan karena pada awalnya aku pesimis akan maju ke seleksi tes STSN tahap selanjutnya. Pesanku percaya diri saja dengan usaha kamu dan tetap jangan lupa berdoa dan bersedekah!
Bagi teman-teman yang juga ingin mencoba tes PTK lainnya seperti STIS, kebetulan pada tahun lalu STIS melaksanakan tes sesudah tes akademik STSN berlangsung, saranku pilihlah lokasi tes STIS di Jakarta agar mengurangi biaya transportasi bagi teman-teman yang berasal dari luar daerah. Berdasarkan pengalamanku yang tergesah-gesah mengisi formulir STIS, aku memilih lokasi tes di Palembang, sehingga setelah melakukan tes STSN aku langsung pulang ke Palembang. What a waste, right? Hal tersebut aku lakukan karena pada awalnya aku pesimis akan maju ke seleksi tes STSN tahap selanjutnya. Pesanku percaya diri saja dengan usaha kamu dan tetap jangan lupa berdoa dan bersedekah!
Puji Tuhan aku masih lulus
seleksi tahap kedua dan lanjut ke tahap ketiga yaitu Tes Kompetensi
Dasar yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Negara (seperti tes CPNS). Namun
tes tersebut tidak jadi dilaksankan sehingga aku melanjutkan ke seleksi tahap
keempat yaitu Tes Psikologi. Kali ini tes dilaksankan di Kampus STSN yang
berlokasi di Sawangan. Sehari sebelum tes dilaksankan, aku berangkat dari Depok
menuju Sawangan menggunakan motor karena
kondisi jalan saat itu macet sekali. Kesan pertama saat aku sampai di Sawangan
adalah pelosok banget. Wajar kampus STSN dilokasikan di daerah yang cukup
terpencil seperti ini (in my honest opinion) karena mahasiswa STSN harus ‘disterilkan’
dari dunia luar.
Sama sekali tidak ada hotel maupun penginapan di daerah kampus
STSN, sehingga peserta harus menginap di rumah-rumah warga. Untungnya masih ada
rumah warga yang tersisa saat aku sampai disana. Harga menginap yang dipatok
warga per harinya adalah Rp 50.000. Pemilik rumah yang aku tempati ini adalah
seorang nenek yang sangatlah baik walaupun sudah cukup tua. Beliau menyediakan
pisang goreng dan teh manis saat sore hari. Bertambah lagi pelajaran yang aku
dapatkan saat menginap disini. Kehidupan warga di kampung sangatlah indah. Ibu-ibu
berkumpul di teras rumah tempatku menginap sambil menikmati bertukaran makanan
yang mereka bawa. Untuk Tes Psikologi ini aku mengrekomendasikan teman-teman
untuk berlatih dari buku Bank Soal Psikotes karena banyak soal yang muncul saat
tes tersebut.
Selain berlatih konsentrasi dan daya berlogika kalian, jangan
lupa istirahat dan tidur yang cukup
sebelum tes berlangsung. Saat tes berlangsung, aku cukup kerepotan dalam
mengerjakan soal-soal yang bisa dibilang cukup menguras energi. Teman-teman
harus mengerjakan soal-soal psikotes dalam 4 hingga 5 jam non-stop tanpa ada
break time. Kuncinya adalah konsentrasi. Disini juga teman-teman akan diberikan
soal mengenai alasan kamu mau masuk STSN, deskripsikan kepribadian kamu
(kekurangan dan kelebihan kamu, dan soal-soal yang menurutku akan menguji
kesetiaanmu kepada STSN. Jangan lupa
untuk menjawab soal tersebut dengan jujur dan apa adanya ya!
Sayang sekali perjuanganku di STSN hanya berhenti sampai Tes Psikologi. Masih ada 3 tahap seleksi lagi yaitu Tes Kesehatan dan Kebugaran (tes di rumah sakit dan tes olahraga seperti lari, push up, sit up), Tes Wawancara, dan Pantukhir. Cukup sedih harus berhenti disini karena aku sudah cukup mempersiapkan diri untuk Tes Kesehatan dan Kebugaran dengan push up dan sit up setiap pagi dan jogging setiap sore. Sejak kecil aku ingin menjadi detektif atau agen FBI karena sering menonton Detective Conan, Sherlock Holmes, dan NCIS sehingga aku ingin sekali masuk STSN. Namun inilah rancangan Tuhan. Tuhan tidak tega melihat mamaku akan kehilangan putrinya. Loh kok gitu? Menurut cerita yang mamaku dapatkan saat berkumpul dengan orangtua peserta lainnya, lulusan STSN yang akan didinaskan harus bersedia namanya dihapus dari KK, seperti menghilangkan identitas asli kita dan mendapatkan identitas baru layaknya seorang detektif hahaha. Sungguh mengerikan memang, namun jika sudah menjadi passion semua pasti bisa dihadapi, kan? Additional, selama mengikuti pendidikan, teman-teman akan benar-benar diasingkan dari dunia luar. Tahun pertama teman-teman diharuskan untuk tinggal di asrama STSN dan tidak bisa berkomunikasi dengan orang luar (even your parents!). Orangtua juga tidak bisa sembarangan untuk masuk ke lokasi kampus dan menjenguk anaknya.
Cukup sekian pengalaman-pengalaman yang bisa aku bagikan. Bagi
teman-teman yang berminat untuk mencoba mendaftar di STSN, go ahead. Tapi sebelumnya, pikirkan dulu matang-matang sebelum
mengambil keputusan ya. Soalnya menurutku lulusan STSN ini prospek kedepannya
sangatlah bagus, but you have to risk your life. It’s all your choice!
To risk life to save a smile on a face of a woman or a child is the secret of chivalary. But a man may also be a patriot without risking his own life or sacrificing his health. Let your life hangs in the balance.
goodluck untuk pendidikannya ya semoga dapat universitas yang diinginkan.
ReplyDeleteoya ayo ikut giveaway untuk dapat baju baru buat new year,caranya gampang bgt
vnssachn.blogspot.com
Good luck! semoga bisa masuk ke universitas nyaa!
ReplyDeletewww.theclosetelf.com
cewek - cewek yang suka ngasi kode mending cari cowok anak STSN deh. Pasti peka! : )))
ReplyDeletesetuju! wkwk
DeleteKlo bisa nanyak . Biasanya lokasi ujian ny misal seperti aku dari medan lokasi ujian nya ada dimedan? Ato mesti lgsng ke tmpatnya ? Trimakasih :) klo bsa bagi pin y kk biar bsa sharing :D
ReplyDeleteMy pin : 5B735CBB Thankyou :D
Kalo tahun lalu lokasi ujiannya cuma di 1 tempat untuk seluruh Indonesia, yaitu di daerah Bogor. Kalo mau sharing bisa email aku yaa meithaayusiregar(at)gmail(dot)com :)
Delete:')
ReplyDeleteApakah salah dalam pengisian data(asal sekolah) langsung dinyatakan gugur?
ReplyDeleteKoreksi mbak, STSN bukan di sawangan, tapi di ciseeng. Dan untuk perihal menghilang kan identitas itu bukan stsn mbak, tapi STIN (sekolah tinggi intelejen negara). Tetangga dan teman saya yang masuk STSN aja biasa biasa saja. Semester 1 aja boleh bawa android kok, malah bisa update sosial media he he.
ReplyDeletesemester selanjutnya boleh bwa android ga?
DeleteEh bisa ga sih daftar di stsn tpi nilai rapotnya kurang dikit dari 80?:(
ReplyDeleteDari beberapa sumber yang saya baca, sepertinya tidak bisa kak kalau nilainya dibawah 80
Delete